Senin, 10 Desember 2012

RESENSI NOVEL ELIANA KARYA TERE-LIYE


ELIANA ANAK PEMBERANI

Judul Buku           :         Eliana
Penulis                 :         Tere-Liye
Penerbit                :         Replubika ( Cetakan Kedua, Agustus 2011 )
Tebal                    :         519 halaman
Novel ini berkisah seorang Eliana, anak sulung mamak. Ini merupakan bagian dari 4 rangkai novel dari “Serial Anak-anak Mamak” yang menceritakan tentang anak-anaknya yaitu Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia. Dalam novel settingnya digambarkan di lembah bukit Provinsi Sumatra Selatan, sebuah desa yang dikelilingi oleh hutan dan sungai.
Di novel ini menggambarkan rasa ingin tahu, proses belajar, menyatu dengan kepolosan, kenakalan, hingga isengnya dunia anak-anak, petualangan hebat, ketika persahabatan, pengorbanan, dan pemahaman tentang kehidupan tumbuh dari wajah-wajah ceria  terus melekat sehingga mereka dewasa.
Kisahnya tentang keluarga sederhana, Pak Syahdan dan Mak Nur yang membesarkan anak-anaknya dengan disiplin yang tinggi, tegas, akhlak dan memberikan teladan dari perbuatannya.
Empat anak-anak mamak ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Eliana yang pemberani, Pukat yang cerdas, Burlian yang cerdik tetapi , dan Amelia yang lugu dan serba ingin tahu. Empat karakter yang berbeda-beda ini membuat menarik.
Kisah dalam novel ini dimulai ketika suatu hari Eliana diajak Bapak ke Kota Provinsi untuk sekedar melihat bagaimana perawakan kota besar. Namun, sesungguhnya Syahdan, nama Bapak, serta beberapa tokoh desa akan melaksanakan negosiasi dengan Johan, pemilik perusahaan tambang pasir yang ingin mengambil alih lahan kampung yang menjadi sasaran lokasi penambangan.
Eliana yang sesungguhnya tak diundang dalam pertemuan, yang seharusnya menunggu di penginapan, bersikeras menyusul Bapak. Tak sengaja mendengar percakapan dalam ruangan negosiasi, Eliana yang tak menerima Bapaknya direndahkan oleh Johan menyerbu masuk ruangan dan memaki pemilik perusahaan tersebut. Keras kepala dan berani, dua sifat yang terlihat begitu mendominasi alur cerita bocah kelas 4 SD ini. Keberaniannya sudah muncul sejak awal-awal kisah, dimana dia berani membentak ‘para petinggi’ di sebuah forum resmi, “JANGAN HINA BAPAKKU!!”. Lantas, dimulailah kisah dalam novel ini.

            Eliana bersama tiga orang temannya Marhotap, Hima, dan Damdas yang membentuk geng “Empat Buntal”, mereka mengadakan perlawanan menolak tambang pasir di kampungnya. Misi mereka adalah menghalangi para pengeruk pasir. Dengan gaya pengintai mereka menyusun rencana-rencana dari mulai mengempesi ban, hingga tindakan Marhotap melempar kantong-kantong bensin ke truk pengeruk pasir. Tetapi, ditengah-tengah perlawanan yang mereka lakukan, ia harus kehilangan salah satu anggota genk.
Dengan meninggalnya Marhotap, maka hilanglah satu anggota ‘Empat Buntal’. Mereka sedih, tak bersemangat lagi untuk menghalau para ‘maling’ kampung itu, apalagi lebih bahaya mengintai mereka dengan kejadian hilangnya Marhotap. Walau begitu, bukan Eliana namanya kalau tak beraksi lagi dan kembali bersemangat melindungi kampungnya. Menggantikan Marhotap, hadirlah seorang teman sebangkunya. Mereka lalu kembali beraksi untuk mengusir mereka, tapi tidak dengan cara yang brutal dan tidak matang.

Meski usianya masih terbilang sangat muda, Eliana mengetahui bahwa proyek pengerukan pasir yang masuk secara paksa ke kampungnya berdampak fatal, tidak hanya bagi penduduk, tetapi juga siklus alam. Kesadaran terhadap lingkungan tersebut tidak lepas dari pendidikan yang diperolehnya dari Pak Bin, guru aktif yang harus mengajar 6 kelas karena kekurangan tenaga kerja, belum lagi kondisi sekolahnya yang sudah tidak layak.
Dengan segala masalah pendidikan, lingkungan, dan pemerintahan yang dihaturkan dalam buku Eliana ini, tidak lantas membuat plot cerita menjadi berat. Penulis berhasil menyampaikan kritikannya tanpa melupakan fokus dan tokoh utama dari cerita yaitu tentang anak-anak bernama Eliana. Konflik keluarga pun menjadi salah satu dilema dalam diri Eliana, ketika dia mulai mempertanyakan kasih sayang Mamak dan statusnya sebagai anak sulung. Sehingga cerita pun tidak hanya berkesan seru, menegangkan, dan sinis, tetapi juga ceria, lucu, sekaligus mengharukan.
Selain menceritakan tentang keberanian Eliana, kisah ini juga menceritakan tentang Eliana yang membenci statusnya menjadi anak Sulung. Ia membenci mamak yang mengharuskan Eliana menjaga dan bertanggung jawab terhadap adik-adiknya. Sampai akhirnya ia kabur dari rumah.
Kisah ini diceritakan dengan bahasa yang sangat mudah dipahami dan penuh dengan pesan moral. Sekali membaca rasanya takkan mau untuk berhenti membaca. Dengan membaca kisah ini, kita akan belajar bagaimana untuk bersikap bijaksana dalam menghadapi suatu masalah, selain itu kita juga akan mengerti bagaimana besarnya kasih sayang seorang ibu kepada kita.
Pada  bab terakhir yang menyatakan bahwa Ely sudah dewasa dan menjadi seorang pengacara. Memang benar bahwa hal itu bagus sekali untuk diri Eliana sendiri bahkan untuk kampungnya, namun yang novel ini tidak jadi nuansa anak-anak secara keseluruhan
Bagi yang mau belajar tentang kebijaksanaan novel ini sangat direkomendasikan baik untuk orang tua, sebagai salah satu bekal mendidik anak dan sangat sesuai bagi anak-anak dan remaja untuk menumbuhkan pemahaman tentang kasih sayang, disiplin, dan setia kawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar